myeyes

myeyes

Tuesday, September 24, 2013

SIDANG SKRIPSI



Wadooh wadohhh...
Apa yang harus aku hafalkan, pertanyaan apa yang akan muncul, siapa pengujinya, bagaimana mengujinya, aku harus bagaimana. Dag dig dug dag dig dug... duduk disana ngeliat temen-temen malah jadi makin risau. Aku duduk diluar gedung, tapi kata temen yang lain wajahku terlihat tegang...
Woalah..... ini emang wajahku begini. alis yang melengkung sering di anggap terlihat tegang dan serius.
Harus bagaimana, akhirnya aku coba ngelucu dan ketawa-ketawa bareng temen-temen. Jam 7, 8, 9, 10, 11,12, istirahat dzuhur aku masih saja belum kebagian dipanggil sidang. Woalah.... wajahku sudah mulai kusut, baju juga sudah mulai kusut. Lama...... kewalahan. Harus bagaimana. Aku bolak balik jalan jalan di lorong kayak orang gila. Dan memang hampir gila. Tadi pagi terasa sangat tegang nya, meminta Doa ke siapa saja teman yang ada di dekatku. Ada adik kelas “laki-laki”yang ku kenal mendekatiku, dan dia membantu menenangkan aku, mengajukan beberapa pertanyaan seputar isi skripsi, membantuku menyiapkan diri untuk di dalam ruangan nanti. Hoah,,, sudah cukup... tidak harus melulu membuat fikiran bekerja keras “tegang” sesekali tertawa...
Aku butuh air untuk menyegarkan wajah. Di WC, ketemu adik kelas yang katanya dia baru semester 2. Dia nanya kenapa aku pake pakaian hitam putih. Selanjutnya aku minta Doa darinya. Biarin aja gak kenal juga... yang penting Doa nya. Hahaha
Kira-kira jam 15.00 tibalah waktunya aku disidangkan !. eh, maksudnya skripsiku yang di sidangkan.
Aku gak tau apakah yang lain tadi juga masuk ruangan dengan cara sepertiku atau bagaimana.
Assalamualaikum, aku masuk ruangan dan berdiri di depan. Aku bertanya “disini pak” “iya, silakan persiapkan presentasinya”. “saat mempresentasika isi skripsi, aku liat ke-3 penguji tidak memperhatikanku. Jadi aku baca saja isi presentasiku, hanya saja dengan suara tegas yang seolah-olah tidak seperti membaca”baru di pertengahan slide, penguji mengatakan “langsung saja ke kesimpulanya”. Setelah itu langsung di terjang berbagai pertanyaan. Alhamdulillah aku kenal isi skripsiku karena sering membaca dan membuka bolak balik skripsiku. Pertanyaannya seputar:
·         kenapa mengambil judul ini?
·         masalahnya dimana?
·         apa faktor yang mempengaruhi variabel tersebut?
·         kenapa bentuk kerangka pemikiran dan hipotesisnya seperti itu?.
·         Bagaimana artinya jika yang lebih besar adalah pengaruh langsung atau yang lebih besar adalah pengaruh tidak langsung?
·         Menggunakan regresi atau korelasi?
·         Kenapa menggunakan uji autokorelasi?
·         Berapa jumlah data yang digunakan?
·         Data apa yang digunakan, apakan time series atau data panel?
·         Kenapa menggunakan uji asumsi klasik?
Ada beberapa pertanyaan yang agak mengecoh. Misalnya: memangnya benar suku bunga tahun tersebut sebesar itu? Kemarin saya lihat suku bunga adalah sebesar “..”itu bagaimana?
Aku menjawab: karena suku bunga SBI setiap tahun mempunyai tenor yang berbeda, maka saya menyelaraskanya dengan mengambil suku bunga pada akhir setiap tahun (penutupan bulan Desember) dari data bulanan yang disediakan oleh website Bank Indonesia.
Lalu menggunakan regresi atau korelasi? Aku agak bingung. Aku jawab menggunakan korelasi. Tapi dosen berkata menggunakan regresi. Dan beliau bertanya lagi “regresi atau korelasi?”. Aku ingat kembali ke pengertian analisis jalur “karena analisis jalur merupakan perluasan dari regresi berganda, maka menggunakan regresi.
Lalu kenapa menggunakan uji autokorelasi?
Aku jawab: karena data yang saya gunakan berbentuk data time series yaitu data runtut waktu.
Penguji mengatakan ”bukankah data kamu berbentuk panel? Karena gabungan dari data time serries dan cross section?”
“tidak pak. Karena susunan data yang saya gunakan adalah...”aku peragakan cara penyusunanya dengan mengagkat tangan”
Selesai satu pertanyaan, penguji lain memotong dan ikut bertanya, selesai itu, penguji lain memotong lagi bertanya. Aku rasa aku gak berhenti bicara. Semua pertanyaan aku jawab sebisanya tanpa sesuai dengan buku tapi aku hanya mencoba menjelaskan apa yang aku mengerti dari buku. Semampuku. Aku sempat membuat mereka tertawa. Mungkin karena grogi, ada isi skripsi yang salah penjelasan. Penguji berkata “jadi kalau memang ada kesalahan penulisan, sekalian saja diperbaiki”. Setelah aku baca ulang ternyata bukan tulisanku yang salah “tidak pak, saya yang salah menjelaskan”. Ketiga penguji tertawa ringan. Aku juga agak malu...
Finally..... ketua penguji mempersilakanku untuk menutup presentasi dan berkata dengan lembut “bagus. Kamu juga bisa menjawab semua pertanyaan, jadi tinggal tunggu saja hasilnya saat yudisium”. Aku agak kebingungan bagaimana harus keluar. Apa aku harus salaman kepada para penguji, apa aku harus membawa skripsiku yang ada pada penguji?. Akhirnya aku hanya mengucap salam dan keluar dengan membawa skripsi jatahku yang aku pegang.  
Keluar ruangan, teman-teman bertanya pertanyaan apa yang diajukan. Aku masih setengah sadar. Jadi aku segera pergi ke masjid untuk sholat ashar tapi sebelumnya aku bercerita pada dosen pembimbing II tentang pengalamanku di dalam ruangan sidang. Dospem berkata “artinya kamu dapat sinyal yang positif”. Ya semoga saja...
Tiba waktunya yudisium.....
Namaku disebut pertamakali. Haduh,,, dag dig dug... yang ku ingat saat sekolah, nama yang pertama disebut saat pembagian raport adalah ranking terbawah.
Dan,..... alhamdulillah aku lulus dengan pujian “A”... aku menangis bahagia ingat mamake yang selalu mendoakan aku. Sedikit merasa lebih reda saat ada teman sebelah kiri yang mengusap punggungku. Hanya saja aku juga sedih, teman sebelah kananku harus mengulang sidang.
Sesampainya di kosan, ada mamake yang sedang duduk menunggu. Aku segera memeluk mamake..
Alhamdulillah anak mamah bisa....

SANG KAKI


Sebenernya skripsiku saat itu belum rampung hanya saja sudah lumayan hampir beres. Kakakku menelpon untuk mengajak pulang, ya lumayan.... numpang pulang pengen ketemu mamake juga. Sesampainya di rumah, sepi.... gak ada mamake, gak ada bapeke. Aku rasa percuma berada di rumah sendiri. Beberapa menit di rumah hanya untuk sholat dan berganti jeans, aku minta adikku untuk mengantarku naik angkot. Waktu sudah jam 5 sore lebih. Dengan cara adikku membawa motor, aku rasa akan butuh waktu setengah jam untuk sampai ke ciomas. Dan benar... sampai di ciomas hampir maghrib. Untung saja bekal ku masih cukup tebal jadi aku beri adikku uang untuk berbuka puasa di jalan pulang. Ya mungkin uangnya gak dia pake untuk buka puasa tapi untuk jalan-jalan atau apapun terserahlah. Bodohnya aku gak ingat saat itu bulan ramadhan dan hampir tiba waktu berbuka puasa jadi mana mungkin ada angkot yang berlalu lalang di daerah seperti itu, di waktu itu. Aku nekad jalan kaki dari pertigaan ciomas sampai lewat sekolah pabuaran... Tiba-tiba mamah menelpon “dimana nak?” “di jalan, mah””dari mana, dari kampus?” ”iya, dari luar” (tadi pagi emang dari kampus. Jadi aku gak boong) “mamah di Bus nih, nanti mau mampir ke kosan. Jangan lupa masak nasi”. ”ok!”.
Waduh waduh.... aku harus nyampe ke kota nih. Gak mungkin kalo balik lagi ke rumah juga gak ada angkot. Aku coba menenangkan fikiran, berfikir positif pasti nanti akan ada angkot menuju kota Serang. Kalau di sepanjang jalan ada cermin, mungkin aku bisa lihat bodohnya aku berjalan kaki dengan sendal wedjes, memakai rok, tas notbuk, sambil nenteng helm milik sepupuku yang aku pinjam untuk pulang tadi siang. Udah gelap masih aja belum ada angkot. 
Gak lama kemudian ada angkot biru menuju kota. Aku langsung naik. Alhamdulillah.... sampai di kota jam 7 malam langsung segera membatalkan puasa. Haduhhhh kaki terasa pegal. Aku kira besok pagi gak akan terasa sakit lagi. Aku minta dipijit oleh mamake tapi aku gak ngasih tau penyebab kakiku sakit. Besoknya masih terasa sakit tapi aku sembunyiin pura-pura gak sakit. Aku berangkat ke kampus, mamake pulang ke rumah. Hadeuh,,,, parah nih makin sakit... lusa ada sidang skripsi, dan aku harus pakai sepatu high hills yang baru dibeli. Massa harus pake sepatu flat saat sidang, sedangkan aku sengaja beli higes memang untuk sidang. Haduhhh... ada-ada saja cobaan sebelum sidang. Orang lain sibuk dan khwatir dengan sidang, aku malah khawatir dengan kaki dan jerawatku yang semakin parah menjelang sidang. Pagi hari saat bangun terasa sangat sangat sakit. Akhirnya dengan susah payah aku pulang ke rumah. Sesampai nya dirumah, gak lama tukang pijat datang. Dan,,,, rasanya woaw...... aduhaii sakkit. Mamake terus-terusan ngomel “makanya kalo ke kosan naik ojek.! Paling juga 5000 malah bela-belaan jalan kaki. Hematttt aja tapi badan rusak”bla bla bla. Banyak biaya “lain-lain”yang harus aku keluarkan saat skripsi ini, dan aku harus mengeluarkan 5000 hanya untuk ke kosan, dan bolak-balik berapa?, Aku gak mau terlalu boros.
Selesai dipijat aku langsung berangkat ke kota lagi karna harus menyiapkan diri untuk sidang skripsi. Kata mbah pijat nanti setelah 2 hari pasti gak akan sakit lagi. Woaw.... bismillah aja lah.... gak usah dirasa pasti bisa. Alhamdulillah.... aku bisa mengikuti sidang skripsi dengan memakai high hills dan pemanis alami di pipi (jerawat).