Sepasang muda mudi berdiri di pintu busway,
mereka adalah orang yang sedang memperjuangkan masa depannya.
Siang itu mereka baru saja keluar dari
gedung pencakar langit untuk melamar pekerjaan lalu mereka menikmati angin sore
Jakarta dengan jalan kaki setelah sebelumnya mengisi perut di restoran fast
food jepang.
Rasa lelah tak terasa, wanita itu mengenakan
baju hitam putih dengan sepatu hak, dan laki-laki mengenakan kemeja dengan
celana bahan. Menyusuri pinggiran jalan Jakarta menuju halte busway sambil
mengobrol sehingga rasa lelah tak terasa mengganggu.
Sesampainya
di pintu busway, yang lakilaki berkata “lihat taksi itu, sepertinya masih
baru”. “iya mungkin” kata wanita itu. lalu laki-laki itu bertanya “ kebayang
gak kalo suatu saat nanti kamu punya mobil, dan yang bawa mobilnya suami kamu?”
dengan entengnya wanita itu menjawab “enggak.!, aku sendiri yang akan membawa
(mengendarai) mobilnya”.
Dari
jauh sudah terlihat busway akan segera datang. Wanita itu mempunyai kebiasaan
saat gugup atau takut dia akan memegang jari temannya dan memainkan kukunya. Busway
datang, muda mudi itu masuk ke dalam busway bersama, tapi ternyata busway itu
khusus untuk wanita.
Penjaga
pintu busway wanita itu menyuruh yang laki-laki pindah ke belakang sehingga
sepasang jari itu terpisah. Saat itu sang wanita menjadi sadar bahwa dia telah
berani sendiri. Biasanya untuk bepergian jauh dia tak berani sendiri naik
angkutan umum karena takut nyasar atau biasanya lebih memilih untuk naik taksi
daripada naik kendaraan umum yang rutenya belum dia ketahui. Karena dalam
fikirannya kota Jakarta harus diwaspadai. Kemudian dia mengingat jawabannya
tentang obrolan mereka tadi, dia baru menyadari bahwa dirinya egois dari
caranya mengatakan akan mengendarai mobilnya sendiri.
Dalam
hatinya berkata “pantas saja ada yang mengatakan bahwa aku egois, mungkin
memang benar aku egois, langkahnya meninggalkanku adalah benar karena aku
egois, tapi mungkin sekarang ini aku lebih egois dari sebelumnya karena
sekarang aku sendiri, mungkin aku harus mencari lawan yang tak egois, tak
mungkin akan menjadi baik jika seorang yang egois berpasangan dengan yang egois
pula. Aku harus mencari lawan dari diriku (pendamping hidup).
Muda
mudi itu berpisah dari dalam busway karena yang laki-laki harus turun lebih
dulu. Sesampainya di pusat perbelanjaan, sang wanita masih merenungi dirinya
sendiri, berjalan santai dan kemudian membeli sebuah boneka untuk menemaninya
pulang.
No comments:
Post a Comment